Mengeluh tapi Lupa
Diakui atau tidak, kebanyakan kita terlalu sering mengeluh dalam hidup ini. Hingga kita lupa mengambil hikmah dari setiap kisah yang tercipta dalam hari yang kita lewati. Padahal dalam setiap peristiwa selalu ada saja nilai dan hikmah yang dititipkan oleh Alloh. Entah itu dalam kegembiraan, kesedihan, keterkejutan hingga dalam frustasi dan permasalahan sekalipun selalu ada hikmah dan tujuan baik Alloh bersamanya.
Beragam nikmat yang datang dalam hidup, tapi sebagian besarnya tidak mampu membuat kita bersyukur, justru malah membuat kita kufur dan berbangga diri. Kelimpahan rezki yang didapatkan, sering kita sangka sebagai hasil upaya keras kita sendiri hingga kemudian kita berasumsi sah-sah saja jika dibelanjakan pada apapun bahkan pada yang tidak manfaat atau justru maksiat sekalipun. Lalu kelak, ketika ujian itu datang, usaha bangkrut, teman menjauh, depkolektor mengejar hingga lubang tikus, baru kita insyaf berlutut memohon ampun dan pertolongan pada Alloh, baru kita menyadari bahwa tak satupun penolong kecuali Alloh dan tak ada ketenangan dihati mereka yang tak bersyukur. Pertanyaannya adalah, haruskah Alloh ambil dulu nikmatnya atas kita, baru kita bersyukur? Astaghfirullah, padahal harta hanya titipan yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Jika digunakan dijalan yang benar, membantu fakir miskin, dibelanjakan di jalan dakwah dan digunakan untuk membantu sesame, maka jadilah ia pemberat timbangan ke neraka. Tapi sebaliknya jika harta yang ada digunakan untuk maksiat, berfoya-foya dan bersombong ria, maka jadilah ia pemberat timbangan ke neraka.
Nikmat lain yang tak kalah membuat kita lalai adalah nikmat sehat. Karena merasa diri ini masih muda, masih kuat dan masih sehat, kita menjadikan itu semua sebagai alasan menunda-nunda kebaikan, menunda-nunda taubat. Seakan-akan kita lupa bahwa kain kafan kita sedang ditenun, dan mati bisa saja menghampiri sewaktu-waktu. Pertanyaannya adalah apa perlu Alloh tegur kita dulu dengan sakit yang tak berkesudahan, hanya supaya kita kembali ke jalan yang lurus dan istiqomah dalam kebenaran serta menyadari bahwa taka ada kata nanti atau tapi untuk mati lalu kita bergegas bertaubat? Astaghfirullah. Semoga Alloh berikan selalu hidayah-NYA kepada kita kapanpun dan dimanapun berada. (Tisna)
mbak
BalasHapus