Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Aku Ingin Jadi Kertas Kosong di Hadap-Mu Tuhan

Kertas kosong dihadapku, Aku telah hilang kata, dipenghujung harap Duniaku lebur, mungkin karena kufurku. Aku kosong, mungkin tiada dzikirku. Aku bodoh, mungkin tiada bertambah ilmuku. Aku gulana, mungkin tak banyak amalku. Aku ingin kembali kedalam naungan-MU Takzim dalam dzikir dan munajat panjang pada-MU Robbi. Diam-diam menangis dan tertawa dalam waktu bersamaan dalam do’aku Lalu hilang resahku, Damai dan tentramku, Sebab aku yakin kau sebaik-baiknya pemberi. Duhai Alloh,  Dihadap-Mu, aku ingin kembali menjadi kertas putih yang kosong,  Dalam naungaan pengampunanmu aku ingin kembali menjadi kertas putih tanpa noda agar dapat kuarungi sisa hari dalam ketentraman bermunajat pada-Mu Jika aku harus kembali pada-MU dengan catatan-catatan yang terisi, maka aku berharap rahmat-Mu memenuhi catatan kebaikanku dan kasih sayang-Mu menghapus catatan-catatan khilaf dan dosaku. Dihadap-Mu, aku ingin jadi kertas putih yang bersih dan suci,

Senja dan Aku yang Sedang Belajar Melupakanmu

Kala itu, Senja sedang indah-indahnya  Kau duduk tepat diseberangku, Aku sedang belajar melupakanmu Aku berbisik pada senja, aku ingin mengubur semua tentangmu Mereka tertawa “Kau ingin melupakan, sementara hatimu menolak Kenapa tiba-tiba jadi canggung ?” Beritahu aku cara terbaik melupakanmu Tanpa luka, tanpa air mata, tanpa kesedihan Agar kelak ketika kau perkenalkan dia yang abadi dihatimu Aku bisa tersenyum dengan tegar, menyalamimu dengan tulus sambil memanjat beribu do’a demi kebahagiaanmu Berada didepanmu hilang seluruh kata Jauh darimu aku seperti gila bicara sendiri di depan cermin. Mungkin karena memang belum saatnya. Sudah kuduga kemana akhirnya kisah ini, Seperti yang sudah-sudah Aku diam, kau diam, lalu menghilang Pelan-pelan kita akan melupakan, untuk kemudian seperti tidak pernah saling kenal sebelumnya Kita akan kemballi menjadi orang asing yang tak akan pernah lagi dipertemukan takdir Semoga hari dimana aku b

Tentang Kamu (Sebuah Kisah yang Harus Direlakan)

Jakarta, saat langit sore sedang indah-indahnya. Kuketuk pintu sore ini, sesayup terdengar sahutan Sudah kuduga, dia bidadarimu. Ah, aku tersenyum lalu menyapanya. Nyaris tanpa gugup dan air mata. Tahu kenapa ? Karena tangisku sudah usai sore tadi. Aku tak akan pernah sama lagi denganmu sebelumnya. Ini pertemuan terakhir kita, kujanjikan. Entah engkau yang beranjak, Atau aku yang pergi. Tidakkah rindu ? tanya sepotong hatiku Jujur iya, tapi aku tahu semakin lama berharap, semakin aku akan kecewa Kau berhak bahagia dengan caramu dan dengan hidupmu Seperti katamu tempo hari, Kisah ini hanya tentang penasaran Maka hari ini aku selesai. Selamat melanjutkan petualangan, aku berhenti disini. Aku akan pergi, mungkin membawa luka Tapi semoga ia menguatkan. Agar kelak dapat aku tegar tersenyum bertemu denganmu. Aku tak akan sama lagi. Aku akan pergi, Entah engkau yang beranjak ataupun aku yang pergi. Tetap saja kau yang menang Aku akan ti

Sederhana Aku Ingin Mencinta

Gambar
Aku ingin mencintai dunia dengan sederhana. Menjadikannya semata-mata ladang amal untuk mempersiapkan kehidupan abadi di akhirat.  Hingga nikmatnya dunia tidak membuatku sombong dan pahitnya cobaan dunia tidak membuatku putus asa. Sebab telah kusaksikan bagaimana kesudahannya orang-orang yang mengejar dunia mati-matian, mereka yang mengabaikan urusan akhirat dan selalu memisahkan urusan dunia dan akhirat, tapi pada akhirnya mati di tali gantungan yang mereka buat sendiri atau terjun bebas dari gedung tertinggi bahkan menenggak racun karena frustasi. Setelah diselidiki, rupanya dibalik harta banyak dan karier cemerlang yang mereka banggakan, tak sedikitpun kedamaian dan ketentraman yang mereka temukan. Tahu kenapa? Sebab tak lagi ada iman dihati mereka, hingga mereka tak lagi punya dasar aqidah yang kokoh dalam berbuat dan kehilangan tujuan muara dari semua perjalanan di dunia ini yakni syurga.  Aku ingin mencintai dunia dengan sederhana. Berjalan bersama-sama dalam kebaikan tan

Istikharah dan Perjalanan ke Eropa

Tak kukisahkan padanya tentang kegalauan hatiku di awal percakapan kami. Tapi saat mendengar tentang keraguanku mewujudkan impian yang sudah aku mulai bersama rekan-rekan kampusku sejak 6 bulan yang lalu, ia bertanya kenapa aku ragu s etelah sebelumnya menggebu ingin pergi ke negeri eropa itu, seburuk apapun rintangan menghadang. Maka ku jawablah tanyanya dengan gelisah, kuceritakan tentang sekelumit administrasi yang tak mudah dan kemungkinan untuk membatalkan perjalanan impian itu dengan keraguan luar biasa hebat. Iapun berkata "ayo, perjuangkan lagi lah, kan masih ada kemungkinan, kamu sudah sangat dekat dengan impianmu" ucapnya penuh semangat.  "kemungkinannya sangat kecil dan teman-teman yang sudah berjuang bersama sejak awalpun perlahan juga mulai mundur teratur, sebenarnya aku masih sangat ingin untuk kesana, tapi bagaimana mungkin aku melanjutkan perjuangan sulit ini sendirian?" jawabku nyaris tanpa harapan, meski sepotong hatiku yang lain masih i

Usia; Bukan Tentang Angka, Tapi Tentang Guna

Gambar
Takjub aku menyaksikan anak kecil yang belum genap 10 tahun, tapi sudah hafal 30 Juz al-Quran, bahkan mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Lantas aku bertanya pada diri sendiri, kemana aku saat seusia itu? Tertegun aku mendengar bahwa remaja belasan tahun bisa memenangkan olimpiade fisika dunia, membawa pulang medali emas dan membuat bangga orang-orang senusantara. Lantas aku bertanya pada diri sendiri, kenapa begitu lalainya aku saat remaja? Tak habis pikirku, saat melihat berita, bahwa nun jauh dibenua lain sana, seorang anak kecil berinisiatif untuk mendaur ulang sampah menjadi produk-produk yang menarik. Dia tidak hanya menyelamatkan lingkungan tapi juga berhasil menghasilkan omzet puluhan juta setiap bulannya. Lantas aku bertanya pada diri sendiri, kemana saja masa mudaku kuhabiskan? Ternganga aku, saat mendapati bahwa mahasiswa-mahasiswa yang drop out dari kampusnya belasan tahun yang lalu, hari ini menjadi orang-orang paling kaya di dunia. Lantas be

Menulis: Cara Kita Memviralkan Kebaikan

Gambar
Source: Google Banyak yang beranggapan bahwa generasi muda di zaman sekarang sangat kacau, dimana tantangan dan godaan datang dari berbagai penjuru tanpa bisa dibendung, terlebih sejak teknologi berkembang amat pesat dan persebaran informasi tak bisa dibendung lagi. Betapa mudahnya hal-hal negatif kita jumpai dalam hidup ini, sebagai contoh berita-berita bohong atau yang lebih kita kenal dengan hoax bertebaran di berbagai media yang kemudian menggiring opini public untuk membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Tak hanya itu, dengan kemajuan dan kemudahan menggunakan media sosial, komunitas-komunitas yang merusak moral berkembang bak cendawan di musim hujan. Sebut saja akun-akun pendukung atau pelaku LGBT yang saat ini tak terhitung lagi jumlahnya, dengan pengikut jutaan orang. Contoh lain adalah munculnya akun-akun prank yang berisi orang-orang yang berbuat jahil pada orang lain tapi kemudian tidak merasa bersalah dan justru tertawa. Belum lagi akun-akun selebgr

Mengeluh tapi Lupa

Diakui atau tidak, kebanyakan kita terlalu sering mengeluh dalam hidup ini. Hingga kita lupa mengambil hikmah dari setiap kisah yang tercipta dalam hari yang kita lewati. Padahal dalam setiap peristiwa selalu ada saja nilai dan hikmah yang dititipkan oleh Alloh. Entah itu dalam kegembiraan, kesedihan, keterkejutan hingga dalam frustasi dan permasalahan sekalipun selalu ada hikmah dan tujuan baik Alloh bersamanya. Beragam nikmat yang datang dalam hidup, tapi sebagian besarnya tidak mampu membuat kita bersyukur, justru malah membuat kita kufur dan berbangga diri. Kelimpahan rezki yang didapatkan, sering kita sangka sebagai hasil upaya keras kita sendiri hingga kemudian kita berasumsi sah-sah saja jika dibelanjakan pada apapun bahkan pada yang tidak manfaat atau justru maksiat sekalipun. Lalu kelak, ketika ujian itu datang, usaha bangkrut, teman menjauh, depkolektor mengejar hingga lubang tikus, baru kita insyaf berlutut memohon ampun dan pertolongan pada Alloh, baru kita menyadari bah

Pendidikan Seserius Pemasaran

Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam suatu negara, karena pendidikan akan menentukan kualitas sumber daya manusia dari negara tersebut dan menjadi tolak ukur sejauh mana suatu bangsa bisa mencapai kemajuan serta kesejahteraan. Oleh karena itu, pendidikan yang berkualitas bagi semua kalangan dan semua usia haruslah menjadi perhatian khusus kita bersama. Akan tetapi melihat kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini, masih didapati banyak permasalahan-permasalahan pendidikan yang terjadi seperti, belum meratanya keterjangkauan akses pendidikan diberbagai daerah, kurikulum yang cukup sering berganti, kurangnya tenaga guru diberbagai pelosok daerah, terjadinya berbagai kasus kriminal maupun korupsi di sekolah,dan lain sebagainya. Selain itu meskipun berbagai kebijakan dan aturan dibuat untuk mengatasi masalah tersebut, tapi permasalahan-permasalahn itupun tak kunjung selesai dan menyebabkan siswa tidak lagi bersemangat belajar dan tidak merasakan makna dari  belajar it

Argya Pastika; Kenangan dan Rindu 7 Hari

Apakabar 76 ? Kamu tak pernah masuk dalam daftar angka favoritku Tak pernah ada bahkan dalam angka-angka acak yang kumainkan Saat menjadi volunteer sulap Tapi seminggu waktu itu, Ketika kulalui hari-hari bersama kalian Awalnya malu-malu, canggung, dan ingin semuanya cepat berakhir Tapi kini justru aku yang paling nelangsa karena rindu Kuduga aku rindu, tak bisa lupa Karena ada 1 cinta yang ku cari lalu kutemukan di rumahmu Rupanya aku keliru…… Rinduku bukan pada 1 wajah, Bukan untuk 1 hati, pun bukan untuk 1 raga Rupanya rinduku tertuju pada 129 wajah yang memiliki 129 hati Aku bisa apa ? Lantas kalian berpaling, dan seakan tak mengenalku lagi Terbangmu jauh, sedangkan lompatku dekat Tak ku tahu sedang apa kalian disana Tidur lelap di rumah masa kecil, tertunduk di ruang tamu karena memiliki rindu seperti milikku Atau berkutat dengan kerja dan tugas kuliah S2 dan S3 yang tak main-main atau apapun itu? Untuk masa depan yang tak ku

Merindukan Ibu Kota

Hampir  seminggu sejak aku di rumah Rindu telah tertunai dan entah kenapa kini aku rindu ibu kota, Rindu tugas kuliah, rindu macetnya pagi dan sore di Jakarta Rindu bermain hape sambil tiduran di kos Rindu suara nenek dan uwak yang khas Rindu ruang kuliah pasca sarjana dan rindu rasanya merindui kampung halaman. Ah selalu saja begini, pada akhirnya manisnya merantau terasa setelah kembali ke rumah Aku rindu bertualang lagi, rindu menghirup asinnya pantai, Rindu deadline tugas kuliah Rindu repotnya persiapan acara sosial Ah dirumah aku seperti terasing, jarang keluar dan sibuk mengerjakan berbagai pekerjaan rumah O yah, semester esok aku tesis, bertarget wisuda maret tapi tak punya uang untuk kembali melanjutkan hidup di Jakarta. Punya rencana ke singapura bulan September dan conference bulan oktober di London, tapi lagi-lagi uang selalu jadi alasan paling klasik dari kisah ini. Bismillah aku akan berubah mulai besok, lebih solehah, lebih rajin, lebih cerd

Berhenti Menyesal

Pernah aku mengeluh tentang kulitku yang hitam saat kecil dulu, lalu berseloroh pada teman yang mengejek bahwa kelak kulit hitam ini akan mengelupas dengan sendirinya lalu muncullah kulit baru yang putih. Sampai kemudian hari ini Alloh berikan jalan dan pemahaman bahwa jika ingin berubah, akan selalu ada jalan. Ah, aku terlalu banyak mengeluh. Pernah aku merasa begitu miskin lalu berpikir aku hanya boleh bermimpi sederhana.  waktu berlalu, aku pun tumbuh dewasa dengan mimpi yang juga sederhana sambil membayangkan betapa gelap dan datarnya masa depan, menjadi guru di PAUD kecil di desa kami, menikah dengan laki-laki sedrhana, punya anak, lalu pelan-pelan menua dengan kerja keras di sawah. Sampai Alloh datangkan kabar gembira tentang beasiswa S2, lalu langkahku dimudahkan-NYA. Aku bisa hidup 6 bulan di bandung, belajar Bahasa inggris, lalu sekarang tengah menghabiskan 1,5 tahun hidup di ibu kota menyelesaikan studi S2 ku. Ah, aku terlalu berburuk sangka pada takdir. Pernah aku meras