Berhenti Menyesal
Pernah aku mengeluh tentang kulitku yang hitam saat kecil dulu, lalu berseloroh pada teman yang mengejek bahwa kelak kulit hitam ini akan mengelupas dengan sendirinya lalu muncullah kulit baru yang putih. Sampai kemudian hari ini Alloh berikan jalan dan pemahaman bahwa jika ingin berubah, akan selalu ada jalan. Ah, aku terlalu banyak mengeluh.
Pernah aku merasa begitu miskin lalu berpikir aku hanya boleh bermimpi sederhana. waktu berlalu, aku pun tumbuh dewasa dengan mimpi yang juga sederhana sambil membayangkan betapa gelap dan datarnya masa depan, menjadi guru di PAUD kecil di desa kami, menikah dengan laki-laki sedrhana, punya anak, lalu pelan-pelan menua dengan kerja keras di sawah. Sampai Alloh datangkan kabar gembira tentang beasiswa S2, lalu langkahku dimudahkan-NYA. Aku bisa hidup 6 bulan di bandung, belajar Bahasa inggris, lalu sekarang tengah menghabiskan 1,5 tahun hidup di ibu kota menyelesaikan studi S2 ku. Ah, aku terlalu berburuk sangka pada takdir.
Pernah aku merasa begitu sepi di dunia yang ramai, tak seorangpun yang mau menjadi temanku karena kejelekanku, kekasaranku, dan kebodohanku. Setiap hari aku berteman dengan satu dua teman berbeda setelah negosiasi alot malam hari disurau dengan teman yang kurengeki sejak sore untuk mau berteman denganku esok hari. Lalu harus berangkat paling pagi ke sekolah, agar teman yang sudah berjanji semalam tidak menghianatiku. Tapi ya selalu begitu, aku masih saja lebih banyak sendiri di masa kanak-kanak hingga dewasa. Sampai sesekali Alloh kirimkan teman yang begitu baik hatinya, menyapaku dengan lembut dan menerima segala kurangku dalam waktu yang singkat. Aku cukup terhibur, karena orang baik seperti mereka begitu mudah untuk dicintai dan ingin dimiliki semua. Akupun mengalah lagi dan lagi. Sekarang, aku punya cukup banyak teman yang berhati baik, aku beruntung memiliki mereka, meski sesekali masih kurasa sepi tapi kesendirian ini yang justru telah menguatkanku dan membuatku bisa sampai di hari ini dengan tegar. Ah aku terlalu banyak menggerutu.
Pernah kubenci diriku sendiri yang terlahir dengan sangat tidak cantik dan begitu bodoh, sesekali aku mengagumi orang lain, tapi tak pernah benar-benar terwujud karena aku selalu merasa tak pernah pantas untuk siapapun. Berkali-kali aku harus berdamai dengan rasa dan diriku sendiri, membunuh dengan tega setiap rasa yang ada, mencoba selalu tersenyum saat yang kucintai dimiliki oleh orang lain lalu mengagumi dari kejauhan dalam diam. Sampai aku sadar bahwa ini adalah cara Alloh melindungi dan mencintaiku. Karena cinta yang baik akan datang diwaktu yang tepat dengan cara yang baik dalam bentuk pernikahan. Ah, aku meleleh karena cintanya Alloh padaku.
Jakarta,
Ruang kelas 302 Pasca Sarjana UNJ
Komentar
Posting Komentar